BSK Samawa

UNU NTB Sarankan Pemprov Belajar Penanganan Gempa ke Sichuan

0
UNU NTB Sarankan Pemprov Belajar Penanganan Gempa ke Sichuan

MATARAM, DS – Provinsi Sichuan di China (RRT) pernah luluhlantak dihantam gempa bumi tektonik berkekuatan 7,9 Magnitudo pada Mei tahun 2008 lalu. Namun saat ini, setelah 10 tahun berselang Sichuan justru menjadi salah satu provinsi paling maju di China.

Banyak hal yang bisa diambil pelajaran dari bagaimana pemerintah dan masyarakat disana menangani bencana, dan menyusun mitigasi yang terpadu dan holistik.

“Ada banyak yang bisa kita pelajari dari Sichuan tentang bagaimana mereka menglola bencana. Mereka bisa cepat bangkit, melakukan recovery pasca gempa bumi 2008. Hanya dalam 3 tahun setelah bencana, Sichuan justru jadi sangat maju. Bahkan saat ini Universitas Sichuan ada prodi Manajemen Kebencanaan, ini satu-satunya di dunia,” ujar Rektor Universitas Nahdlathul Ulama (UNU) NTB, Baiq Muliana menjawab wartawan, Jumat (4/1).

Baiq Muliana dan rombongan UNU NTB berkesempatan berkunjung ke Provinsi Sichuan dan Provinsi Hainan di China, 16-24 Desember 2018 lalu atas undangan Konjen China di Denpasar, Gao Haodong.  Sebelumnya pada akhir Agustus 2018 lalu, Konjen China di Denpasar, Gao Haodong bersama rombongan berkunjung ke Lombok untuk menyampaikan rasa empati dan bantuan untuk korban gempa bumi melalui Posko NU Peduli di UNU NTB.

Muliana mengatakan, kebangkitan Shicuan pascagempa dengan cepat melakukan sejumlah tahapan. Yakni, recovery, rekonstruksi, hingga tahap pemulihan ekonomi tanpa adanya uang dari pemerintah pusat layak ditiru oleh Pemda NTB.

“Disana, mereka bangkit dengan bantuan provinsi lainnya (yang tidak terdampak bencana),” katanya.

Padahal,  pasca bencana yang menelan lebih dari 14 ribu jiwa dan menghancurkan sebagian besar fasilitas publik di Sichuan. Menurut Muliana, semua provinsi di China bergerak membantu.  Polanya, tiap Provinsi menangani satu Kabupaten terdampak gempa di Sichuan.

Sementara, tiap kabupaten di provinsi lain itu juga dibebani menangani satu kecamatan terdampak di kabupaten yang ada di Sichuan. “Pola mereka ini menarik, jadi berangkat dari rasa empati. Dana tidak dari pusat, tapi dari provinsi yang maju atau provinsi lain yang tidak terdampak. Misalnya Guangdong, itu menangani Kota Cengdu ibukota Sichuan, kemudian Kabupaten lain menangani Kecamatan terdampak, mereka bantu mulai tanggap daruratnya sampai recovery bahkan hingga pemulihan ekonominya,” jelas dia.

Muliana menjelaskan, penanganan pasca bencana yang sangat komprehensif, dan pejabatnya tidak saling menunggu. Apalagi pejabat yang membidangi tugas itu, mereka turun terus mengawasi.  Sebab bagi mereka akan sangat malu jika tidak berhasil, karena ini menyangkut kehidupan dan nyawa manusia.

Ia menegaskan, setiap dana yang digunakan harus jelas dan dapat dipertanggungjawabkan akuntabilitasnya. “Saya lihat China itu sudah berhasil membangun karakter malu orang kalau tidak berguna bagi negara. Dan ini saya dengan langsung dari beberapa masyarakat yang kami temui disana. Baru saya dengar, mereka malu kalau tidak bisa berguna bagi negaranya. Ini karakter (kebangsaan) yang luar biasa,” tegas Muliana.

Selain kecepatan dalam penanganan pascabencana. Menurut dia, provinsi Shicuan juga menjadi potret bagaimana mitigasi bukan lagi sekadar wacana. Sebab, mereka belajar dari pengalaman gempa bumi tahun 2008 itu, maka sistem mitigasi bencana di sana terus diperkuat.

Tujuannya tentu saja, agar jika bencana serupa terjadi, dampak korban jiwa dan kerusakan infrastruktur bisa semakin diminimalisir. Salah satu contohnya adalah pembangunan jalur-jalur evakuasi yang merata dilakukan hingga ke desa-desa terpencil sekalipun.

Tak hanya itu, kata Muliana, bangunan yang dibangun dalam tahap rekonstruksi pun harus dikaji secara teknis dan ilmiah benar-benar bangunan yang kuat dan tahan gempa.  “Kami diajak melihat salah satu desa tertua di Sichuan, itu desa terpencil dengan penduduk hanya 89 KK. Tapi aksesnya langsung jalan tol. Ada jalur evakuasi yang dibuat dengan terowongan sepanjang lebih dari 5 Km. Jadi di sana pemerintah sudah benar-benanr menyiapkan mitigasi, tidak ada lagi di Sichuan yang hanya satu jalur, selalu ada jalur alternatif dan jalur evakuasi, sehingga kalau ada bencana terjadi proses evakuasi bisa lebih maksimal,” ungkapnya.

Yang lebih visioner, Universitas Sichuan juga langsung membuka prodi Manajemen Kebencanaan pasca gempa bumi 2008 silam. Prodi ini dibiayai komunitas olahraga berkuda di China yang mendanai pembangunan kampus, penyediaan laboratorium dan kelengkapan prodi lainnya.

Universitas Sichuan juga membentuk kelompok mahasiswa yang bertugas

melakukan workshop dan edukasi mitigasi bencana secara reguler hingga ke masyarakat pedesaan.

“Di sana juga ada SOP yang dibuat untuk penanganan bencana, jadi misalnya evakuasi berapa lama, tanggap darurat berapa lama, hingga masa pemulihan sampai benar-benar utuh. Dan SOP ini benar-benar dijalankan, pejabat di sana memberi contoh, dan di Sichuan ini kita bisa belajar bahwa Mitigasi di sana sudah benar-benar dilaksanakan secara nyata, bukan sekadar wacana,” tandas Baiq Muliana.

Ia menambahkan, ada dua pelajaran berarti dari Sichuan yang bisa dipetik juga untuk penanganan pasca bencana di NTB. Yakni, kuatnya rasa empati dan kebersamaan masyarakat China, dan juga mental pejabat, para pemangku kepentingan yang benar-benar bekerja tulus dan penuh tanggungjawab.  RUL.

Facebook Comments Box