Stunting Turun, Wagub NTB Ajak Kabupaten Kota Sumbang Telur
Mataram,DS-Angka stunting di NTB berdasarkan Elektronik-Pencacatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM) terus mengalami penurunan. Tahun 2019 sekira 25,5%, tahun 2022 menjadi 16,8% dan 2023 report terakhir pada Februari 2023 dengan input 97,87% hasilnya 14,76%.
“Kita harus terus pastikan seluruh balita, ibu hamil, remaja agar terintervensi dengan baik dan benar sehingga angka real yang kita laporkan itu memang betul angka stunting. Bahwa memang benar kondisi balita kita seperti itu. Fokus dengan itu maka insyaallah yang kita inginkan untuk mewujudkan anak-anak sehat akan terwujud,” jelas Ummi Rohmi pada Rapat Persiapan Pendampingan Intervensi Stunting Dalam Rangka Percepatan Penurunan Stunting di Provinsi NTB di Gedung Graha Bhakti Praja, Selasa (11/04).
Dalam kesempatan itu Ummi Rohmi meminta agar NTB konsisten dalam meningkatkan kualitas posyandu keluarga. “Intervensi dengan tepat sehingga angka stunting benar-benar signifikan turunnya dan tepat sasaran untuk mencapai target 14 % tahun 2024,” katanya.
Menurut Wagub, kasus stunting sangat komplek, tidak terlepas dari kondisi lingkungan, tidak buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengolahan air minum, makan minum rumah tangganya baik, pengolahan sampah rumah tangga, serta limbah cair rumah tangga.
“Kalau semua sudah baik, intervensi spesifik gizi akan sangat efektif menurunkan angka stunting sehingga ini harus menjadi evaluasi bersama. Kepada ibu hamil juga diharapkan agar melakukan USG di puskesmas terdekat yang sudah menyediakan alat untuk USG. Kepada remaja ataupun calon ibu yang anemia juga diharapkan rajin minum vitamin penambah darah,” paparnya seraya mengajak seluruh kabupaten kota untuk ikut bergotong royong dalam gerakan bakti stunting yang menyumbang telur seikhlasnya untuk kemudian disumbangkan kepada anak-anak stunting.
Ketua TP.PKK NTB Hj. Niken Saptarini Widyawati, SE. M.Sc, menyampaikan peran yang sudah coba dilakukan oleh TP PKK provinsi untuk ikut membantu program pemerintah dalam hal ini pencegahan dan penanganan.
Sebagai contoh yang sudah dilakukan di Desa Senaru Kabupaten Lombok Utara, dimana sasaran dalam satu desa tersebut terdapat 34 anak stunting. Dengan terus intens memberikan protein tambahan berupa telur selama 3 bulan dari yang tadinya berjumlah 100 anak, kini turun tinggal 5 orang anak.
“Saat ini kami juga masih menggodok konsep untuk bisa lebih misalnya memberikan signifikasi ya dari hasil yang diberikan. Dari PPI provinsi kita saat ini juga sedang merancang pilot project dapur sehat atasi stunting ini mulai di Kota Mataram kita berencana untuk melakukan intervensi di satu kelurahan dengan bentuk dapur yang sama, insyaallah akan dimulai setelah bulan Ramadan nanti. Tentu kami mengharapkan kerjasama dari semua pihak untuk terus sama-sama mensukseskan program-program dalam mengatasi stunting ini,” kata Bunda Niken.kmf
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.