BSK Samawa

Soal 77 Anak NTB Terpapar Corona, Selly Imbau Orang Tua Tak Ajak Anak ke Tempat Keramaian

Kepala Dinas DP3AP2KB NTB, Hj. Putu Selly Andayani saat memasangkan masker pada anak-anak di wilayah Kota Mataram

MATARAM, DS – Orang tua di Provinsi NTB, kini sedang merasa khawatir dengan anak mereka. Pasalnya, Gugus Tugas Percepatan dan Penanganan Covid-19 NTB menyatakan, sebanyak 77 pasien anak dinyatakan positif Covid-19 hingga saat ini.

Kepala Dinas DP3AP2KB NTB, Hj. Putu Selly Andayani, mengatakan agar para orang tua di wilayahnya mulai meningkatkan kewaspadaan.  Selain itu, ia meminta, sebaiknya anak-anak agar menghindari berada di tempat-tempat keramaian atau kerumunan, jika memang tidak terlalu penting sekali. Kecuali misalnya dia sakit tentu harus dibawa ke rumah sakit.

“Tapi kalau hanya sekedar berbelanja ke pasar atau apa yang kepentingan tidak terlalu urgent, enggak usahlah orang tua mengajak anaknya,” ujar Hajjah Selly dalam siaran tertulisnya, Jumat (29/5) petang.

Selain itu, semua yang sudah ada promosi kesehatan dimana-mana harus dikerjakan. Misalnya kalau untuk anak itu nomor satu adalah nutrisi, untuk daya tubuh. Kemudian imunisasi anak juga harus dilengkapi bagi yang belum lengkap.

“Karena kita kan belum tahu nih berakhirnya sampai kapan. Mungkin ada prediksi enam bukan, belum tentu enam bulan. Mudah-mudah lebih cepat, tapi bisa juga lebih lama kalau melihat perjalanannya. Jadi masih ada waktu mengejar imunisasi yang ketinggalan, supaya kalau misalnya tertular dia terhindari dari penyakit-penyakit lain, influenza bisa dicegah, pneumokokus bisa dicegah. Kalau kena covid-19, dia tidak kena Double infection. Karena banyak laporan yang meninggal karena double infection,” jelasnya.

Mantan Kadis Perdagangan NTB itu, menganjurkan para orang tua, agar lebih banyak istirahat yang cukup, perilaku hidup bersih dengan cuci tangan, tidak menyentuh wajah, dan hindari asap rokok.

Menurut Hajjah Selly, anak juga perlu memakai masker bila sedang sakit. Dia juga bisa mengeluarkan droplet meski lontarannya ketika bersin tidak seheboh orang dewasa. “Kalau dia tidak sedang sakit tapi berada dalam kerumunan ada orang sakit tidak pakai masker, dia juga perlu, kita kan enggak tahu, seringkali berada dalam situasi, di pesawat terbang misalnya, kenapa kok ada yang batuk-batuk tidak pakai masker, berarti kan kita salah nih tidak pakai masker, padahal katanya kan orang sehat tidak pakai masker,” tegasnya.

Penyakit Dasar

Selly mengatakan, anak yang memiliki penyakit dasar lebih rentan terkena. Misalnya, pada orang dewasa ada masalah kardiovaskuler atau diabetes mellitus. Sementara pada anak, anak yang menderita asma dan memiliki penyakit jantung bawaan rentan terkena infeksi pernafasan.

“Sistem saluran napas kita ada pipanya, kemudian ada jaringan parunya, kalau misalnya dia jaringan parunya bagus, pipa nafasnya kurang bagus, dibandingkan dengan dua-duanya kena lebih jelek. Kalau asma ini kan menyerang pipa nafas, virus ini bisa mengenai pipa nafas dan jaringan paru kalau sudah kurang bagus modalnya ditambah lagi masuk virus, malah lebih jelek dibandingkan yang sehat-sehat saja. Begitu juga yang sakit jantung, kan untuk memompa oksigen butuh usaha, kalau dia kena infeksi, maka jantungnya bekerja lebih berat lagi, makanya lebih banyak yang menjadi parah,” paparnya.

Virus Liar

Sebelumnya,  Kepala Dinas Kesehatan NTB dr. Nurhandini Eka Dewi mengatakan, mayoritas anak-anak yang terpapar Coronavirus berusia dibawah satu tahun.  Umumnya, dari jumlah 77 anak-anak yang positif Covid-19, sebanyak 29 kasus diantaranya merupakan virus liar. “Jadi, anak-anak NTB yang terinfeksi virus Corona didominasi bayi dan balita. Angka kita secara nasional berada pada peringkat kedua setelah Provinsi Jawa Timur dari sisi jumlah kasusnya,” ujar Nurhandini  beberapa hari lalu

Mantan Kadis Kesehatan Loteng itu mengungkapkan, virus liar yang dimaksud adalah mereka tertular akibat adanya transmisi lokal. Hal itu menyusul dari angka sekitar 56 persen transmisi lokal di NTB saat ini, umumnya telah melahirkan generasi kedua dan ketiga. Sementara, kasus primernya hanya sekitar 44 persen.

“Jadi, virus liar itu jadi kewaspadaan kita bersama. Ini karena anak-anak dan balita belum punya imun yang sempurna guna menangkal virus mematikan ini,” tegas Nurhandini.

Dokter Eka menyarankan orangtua mulai mengurangi aktivitas anak di luar rumah. Anak-anak diminta tak keluar rumah kecuali urusan mendesak, seperti berobat. Sebab, anak-anak termasuk kelompok rentan tertular Covid-19 karena imun tubuh yang belum terbentuk sempurna.

“Data data kita dari hari ke hari menunjukkan hal yang sama, mari kita belajar bahwa Covid-19 bisa kita lawan dengan disiplin dalam menegakkan protokol Covid-19,” ucapnya.

Terkait penggunakan masker pada anak-anak. Dokter Eka mengaku, batas penggunaan masker pada anak-anak tidak lebih dari hanya satu jam. Oleh karenanya, agar anak-anak aman dari virus Corona, sebaiknya mereka banyak beraktifitas dirumah saja.

Meski kasus anak-anak NTB tinggi terpapar Covid-19. Namun Kadis Kesehatan NTB sedikit bangga. Hal itu merujuk, rekomendasi pemerintah pusat melalui Ikatan Dokter Anak Indonesia (Idai), maka Provinsi NTB dijadikan percontohan nasional.

Sebab, semua anak-anak yang kena pnemunonia dimasukan dalam perawatan katagori PDP. “Dengan demikian, mereka akan ditangani secara medis dan perawatannya dilakukan di ruang isolasi di semua fasilitas kesehatan di NTB,” tandas Nurhandini Eka Dewi. RUL.

Facebook Comments Box

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.