Marbot; Orang yang Ikhlas, Sabar dan Istiqomah
SELONG,DS-Marbot adalah istilah yang diberikan kepada orang yang bertanggung jawab mengurus keperluan langgar/surau atau masjid, terutama yang berhubungan dengan kebersihan lingkungan tempat ibadah tersebut. Adakalanya, seorang marbot juga mengurusi hal-hal yang berurusan dengan ibadah seperti azan dan menjadi imam cadangan.
Secara garis besar, tugas seorang marbot yaitu dari aspek kebersihan, pemeliharaan masjid dan menjaga waktu yang lima. Sehingga, dapat dikatakan tanggung jawab marbot sangatlah berat. Dibutuhkan orang yang ikhlas, sabar dan istiqomah untuk tetap standby menghadapi segala yang terkait dengan masjid. Dengan demikian, posisi marbot adalah sebagai orang yang juga mampu membuat masjid menjadi makmur yang ditandai dengan banyaknya jamaah yang menunaikan shalat 5 waktu dan kegiatan ibadah lainnya.
Jika tidak karena panggilan jiwa atau tidak ada keikhlasan, seorang marbot tak akan bertahan lama. Paling lama ada yang satu tahun mundur dan cari pekerjaan lain. Karena, acap kali mereka nyambi pekerjaan untuk menghidupi keluarga. Sebagai gambaran, insentif para marbot di Lotim paling tinggi Rp 500.000 (untuk 1 marbot) atau sangat tergantung dengan besar kecilnya masjid.
Khusus di Lombok Timur (Lotim) tercatat sejumlah 1.385 masjid (dengan 1 s/d 2 orang marbot) yang oleh Pemda dalam kurun waktu 2013-2017 ini sudah banyak mendapat perhatian terutama pada momen-momen penting seperti 1 Muharram, jelang Ramadhan dan bulan Ramdhan.
Marbot Masjit Attaqwa Batu Belek Aikmel, Kecamatan Aikmel, Lotim, Ustadz Fathul Bisri, S.Ag., Kamis (18/5/17), mengemukakan, dibutuhkan kesabaran dan ketekunan serta keikhlasan sebagai seorang marbot dalam melaksanakan tugas. Seorang Marbot harus terjaga dalam lima waktu untuk memastikan dikumandangkannya azan setiap waktu.
Di masjid itu sendiri Bisri ditunjuk berdua dengan rekannya yang lain. Ketika dirinya bertugas mengajar di sebuah madrasah (MI NW dan MTs NW) Daruttaqwa NW Aikmel, maka marbot lainnya yang standby. Sebelum waktu tiba, marbot dipastikan sudah menyiapkan segala yang terkait dengan persiapan shalat berjamaah.
“Untuk setiap jelang waktu shalat, diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan trakhim /pembacaan amalan shalawat jelang Adzan.
Selain itu, ada program seperti ceramah subuh (ba’da Shubuh) setiap hari Ahad, baca Surah Waqiah (ba’da Subuh) setiap hari Senin, pembacaan Surah Tabarok (ba’da shubuh) setiap Rabu dan pembacaan Surat Yasin setiap Jum’at pagi (ba’da Subuh).
Jelang buka bersama setiap hari bulan Ramadhan dilakukan pembacaan Surat Yasin, do’a bersama dan buka puasa bersama, I’tiqaf (program remaja masjid) pada setiap 10 malam terakhir, Nuzulul Qur’an setelah shalat Ashar pada salah satu tanggal ganjil 10 hari terakhir Ramadhan yaitu 21, 23, 25, 27, 28 atau 29.
Sedangkan salah satu tradisi berbagi warga masyarakat dalam bersadaqah dalam Ramadhan adalah menaikkan sajian dalam bentuk Dulang Banjar.
“Tinggal mengumumkan waktu acara Nuzulul Qur’an misalnya, masyarakat pun nantinya menaikkan ala kadarnya dalam bentuk Dulang Banjar (berisi nasi, lauk pauk dan ala kadar lainnya) yang merukapan tradisi berbagi dan bersadaqah,” terang Ustadz Bisri.
Senada dengan itu, Amaq Suhardi, Marbot Masjid Jamiq Alamuttaqwa Kecamatan Wanasaba, menuturkan, selama 25 tahun menjalani profesi marbot, rezeki tetap ada walau sebagai marbot.
Menurutnya, waktu kecil ia sering mengikuti ayahnya yang jadi marbot di Masjid Alamuttaqwa sampai ayahnya meninggal dunia. “Tiang yang kemudian menggantikan,” tuturnya.
Amaq Suhardi selalu mengingat apa yang disampaikan oleh orang tunya untuk terus mengerjakan tugas sebagai marbot dalam keadaan bagaimana pun juga. “Kalaupun tanpa digaji sekalipun, rezeki itu sudah diatur untuk pekerjaan sebagai marbot. Itu juga yang selalu tiang ingat,” katanya alumni MI Maraqitta’limat Mamben ini.
Tidak mengherankan, Amaq Suhardi bisa menyekolahkan 3 (tiga) orang anaknya hingga tamat perguruan tinggi. “Mereka sudah sarjana dan mandiri dengan kehidupannya masing-masing kusmiardi