Di Hadapan Jokowi, Bu Mega Daulat Rachmat dan Koster jadi Ketua DPD PDI NTB dan Bali

0
Ketua DPD PDIP NTB H. Rachmat Hidayat (kiri) saat menemani Ketua Umum Megawati Soekarno Putri berbicara dengan jajaran petinggi DPP PDIP disela-sela Rakernas IV DPP PDIP beberapa hari lalu

MATARAM, DS – Rakernas IV Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang digelar di Kantor DPP di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, pada Rabu (19/6) lalu, resmi mengukuhkan Ketua DPD PDIP NTB H. Rachmat Hidayat sebagai Ketua DPD PDIP NTB.

Di hadapan Presiden Joko Widodo dan Menteri Kabinet Indonesia kerja (KIB) asal PDIP, serta seluruh Ketua DPD PDIP se-Indonesia, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri mendaulat Rachmat untuk kembali menjabat Ketua DPD PDIP NTB bersama Gubernur Bali Wayan Koster sebagai Ketua DPD PDIP provinsi Bali.

Sekretaris DPD PDIP NTB HM. Husni Djibril BSc yang hadir dalam Rakernas bersama Bendahara DPD PDIP NTB Edy Sukmono mengatakan, awalnya Megawati hanya menyebut nama Rachmat Hidayat namun saat perjalanan sambutannya, Ketua Umum lantas menyebut nama Wayan Koster untuk dapat bersedia menjabat sebagai Ketua DPD PDIP provinsi Bali.

Selain itu, nama Ketua DPD PDIP Aceh Karimun Usman juga disebut oleh Ketua DPP PDIP tersebut. “Pastinya, kenapa Ibu Mega menyebut hanya ada nama-nama tertentu Ketua DPD PDIP dihadapam forum Rakernas, itu jelas mereka memang berjasa dan berjuang pada kebesaran partai selama ini. Khususnya, pak Rachmat,” ujar Husni menjawab wartawan, Sabtu (29/6).

Bupati Sumbawa itu menyatakan, saat masa-masa awal perjuangan partainya, tepatnya pada 27 Juli 1996 lalu, dimana saat itu PDI dibawah Ketua Umum PDI hasil kongres Medan, Soerjadi, menyerbu dan menguasai Kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro 58, Jakarta, yang dikuasai Ketua Umum PDI kongres Surabaya, yaitu Megawati Soekarnoputri.

Penyerbuan ini diduga kuat melibatkan unsur militer, terutama dari Komando Daerah Militer Jaya. Karena saat itu, Pemerintah yang dipimpin Presiden Soeharto tidak menyukai dan memberi restu pada PDI pimpinan Megawati.

Menurut Husni, lantaran tetap setia pada perjuangan Megawati, Rachmat dan beberapa kader lainnya yang sejak awal pasang badan untuk tegaknya demokrasi di tubuh partai berkomitmen tak tergiur dengan iming-iming kekuasaan pada era pemerintahan orde baru.

“Saat perjuangan itu meski banyak intimidasi, pak Rachmat memerintahkan saya selaku Ketua DPC PDIP Sumbawa agar tetap setia dibawah garis perjuangan ibu Mega. Karena beliau (Bu Mega) mengajarkan kita semua untuk berkomitmen senasib sepenanggungan. Disinilah ilmu kesetian dan militansi berpartai itu saya peroleh. Yakni, hanya di PDIP,” kata Husni menceritakan.

Ia mengaku, tak melupakan juga kiprah Ketua DPP PDIP Megawati saat mendaulat Joko Widodo sebagai capres yang memiliki kekuatan besar, meskipun tubuhnya kurus kerempeng. Husni menyatakan, di awal sebelum pengumuman Capres pada tahun 2014 lalu oleh Ketua Umum, kader PDIP tahunya Jokowi hanyalah merupakan Walikota Solo dua periode serta Gubernur DKI Jakarta.

Namun, pertimbangan Megawati memilih Jokowi sebagai capres PDIP karena hal tersebut merupakan keinginan dari rakyat Indonesia. Menurutnya keputusan stategis ini sudah dinanti oleh banyak orang.

“Bayangkan sikap kenegerawan ibu Ketua Umum melihat kemampuan kadernya. Akhirnya, Pak Jokowi bisa menjadi presiden untuk kali kedua. Ini pula yang beliau lihat dari figur pak Rachmat yang merupakan kader sejati dan setia. Tentunya, pilihan ibu Ketua Umum pada figur-figur yang disebutkan dan beliau tunjuk itu adalah atas pertimbangan dan pengkajian yang cermat. Yakni, demi kepentingan bangsa dan NKRI, khusus Presiden Jokowi serta pak Rachmat untuk perekat para kader PDIP di NTB,” jelas Husni.

Jokowi Cinta NTB
Terpisah, Bendahara DPD PDIP NTB Edy Sukmono mengaku, kedekatan Rachmat dengan ketua umum Megawati bukan ujug-ujug karena Rachmat adalah anggota DPR RI tiga periode. Namun lantaran, perjuangan dalam suka duka membangun partai ini dalam masa susah dan intimidasi pada rezim pemerintahan sebelumnya.

“Sangat wajar jika nama Pak Rachmat ibu Mega sebut dihadapan Presiden Jokowi dan para Menteri KIB, serta seluruh Ketua DPD PDI se-Indonesia. Karena memang, kata ibu Mega pak Rachmat itu adalah barang antik partai,” tandas Edy.

Dalam kesempatan itu, Edy memaparkan jika dalam sambutan Presiden Jokowi saat Rakernas IV DPP PDIP di Jakarta mengaku, akan terus mengunjungi provinsi NTB. Padahal, kata Presiden, banyak pihak yang melarangnya sering datang ke NTB lantaran, terus mengalami kekalahan pada dua perhelatan Pilpres.

Namun, Jokowi memastikan tak mempersoalkan hasil Pilpres tersebut. “Pak Rachmat, Insya Allah saya akan lebih sering datang ke Lombok, bila perlu saya bolak-bali. Karena saya cinta rakyat NTB, mengingat provinsi NTB adalah bagian NKRI. Jadi, saya akan ke Lombok dulu baru ke Bali,” kata Edy menirukan pidato Presiden Jokowi.

Menurut dia, ucapan akan datang ke Lombok lagi itu bukan sekali dikatakan Presiden. “Saya catat itu, ada tiga kali. Bahkan, Pak Rachmat terus dipanggil tenang saja, jangan pikirkan hasil Pilpres pak. Insya Allah, saya ini cinta NTB karena NTB adalah bagian NKRI,” pungkas Edy Sukmono.RUL.

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan