Peternak Ayam Petelur di Lombok Timur Sweeping Kendaraan Pengangkut Telur dari Bali dan Jawa
Lombok Timur,DS – Puluhan peternak ayam petelur yang tergabung dalam Asosiasi Peternak Ayam Petelur Al-Kausar, melakukan aksi sweeping truk pengangkut telur asal Jawa dan Bali yang masuk ke Lombok Timur.
Aksi sweping itu dilakukan sebagai buntut kekecewaan mereka atas masifnya telur asal Jawa dan Bali ke Pulau Lombok yang menarik harga telur lokal anjlok. Bahkan parahnya lagi, hasil produksi dari para peternak tidak bisa terserap pasar sehingga mereka terancam gulung tikar.
“Ini adalah bentuk kekecewaan kami, aksi sweping ini terpaksa kami pilih karena pemerintah selaku regulator tidak mampu berbuat banyak,” kata Ketua Asosiasi Peternak Ayam Petelur Al-Kausar, Lalu Sapoan, Kamis (09|11).
Ditegaskan, aksi sweeping ini akan terus dilakukan pihaknya sampai ada titik terang dan solusi dari pemerintah atas masalah yang dialami oleh para peternak di Lombok Timur. Sebab, kata dia, pihaknya sudah melakukan beberapa langkah persuasif dengan melakukan hearing dengan pihak dinas terkait beberapa waktu lalu. Tapi tidak ada tindak lanjut dari kesepakatan yang telah diputuskan pada kesempatan itu.
“Kami sudah hearing dengan Dinas Pertanian dan Dinas Perdagangan Provinsi NTB guna membahas permasalahan ini. Tapi sampai sekarang tidak ada jalan keluar, jadi langkah ini (sweping, red) akan terus kami lakukan,” tegasnya.
Menurutnya, berdasarkan hitungan kasar pihaknya, setiap hari 130 peternak yang tergabung di asosiasi mengalami akumulasi kerugian hingga Rp 300 juta. Itu belum termasuk nilai kerugian para peternak yang tidak tergabung di asosiasi.
“Kami saja di asosiasi rugi sampai Rp 300 juta/hari. Semua harga naik, baik pakan, biaya vaksin dan perawatan lainnya, belum lagi kita hitung pajak ke daerah. Sementara pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa, masak iya kita tidak tahu data dan jumlah telur Jawa dan Bali yang masuk, ini kan sangat lucu sekali,” cetusnya seraya menambahkan peristiwa ini sudah terjadi dua bulan lebih dan akumulasi kerugian kami tembus Rp 18 M,” imbuhnya.
Dari itu dirinya kembali berharap, para pihak terkait baik itu DPRD Lombok Timur, DPRD Provinsi NTB dan pemerintah daerah untuk menjadikan permasalahan ini menjadi perhatian serius dan harus ditemukan jalan keluar untuk kebaikan bersama.
“Kami harap baik anggota DPRD, Bapak Gubernur dan Bapak Bupati segera memberikan atensi serius atas masalah ini. Bila tidak juga dicarikan jalan keluar secepatnya, jangan salahkan kami untuk melakukan tindakan di luar akal sehat kita bersama,” tandasnya.
Sementara itu, salah satu peternak di Masbagik, Heri, juga mempertanyakan pihak pemerintah tidak melibatkan asosiasi peternak ayam petelur dalam program stanting. Akan tetapi justru hanya melibatkan para pengepul telur saja.
“Kami harap pemerintah akomodir asosiasi peternak dalam program stunting jangan hanya libatkan pengepul,” terangnya seaya mengancam akan melakukan aksi sweping lanjutan dengan membawa masa aksi yang lebih besar. Hingga ancam akan aksi swiping di Pelabuan Lembar, bila pemerintah tidak responsif.
“Kami akan aksi di Pelabuhan Lembar, kalau pemerintah diam terhadap telur yang masuk dari luar Lombok,” tandasnya.li
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.