Pensiunan TNI Raup Cuan dari Kotoran Kambing

PensiunanTNI yang mengolah kotoran kambing jadi pupuk organik

Selong,DS – Masa pensiun tak membuat pensiunan TNI, Hardiono, asal Jurit, Kecamatan Pringgasela, Lombok Timur putus harapan. Di masa tua, ia terus berkarya dan tetap produktif.

Usai masa pengabdiannya menjadi seorang prajurit, Hardiono memutuskan untuk menekuni pengolahan kotoran kambing menjadi pupuk organik.

Di tengah kesibukannya mengabdi sebagai prajurit TNI, dia sehari hari menyempatkan diri sebagai peternak kambing. Di saat petani kesulitan pupuk, dia berupaya mencari cara hingga muncul upaya memproduksi kotoran kambingnya menjadi pupuk organik.

“Berangkat dari petani yang menjerit terkait mahalnya pupuk dan juga kebetulan kotoran kambing yang banyak di kandang maka saya berusaha mengolahnya agar bermanfaat bagi petani,” tuturnya, Selasa (19/09/2023).

Awalnya, Hardiono mencoba membuat pupuk cair menggunakan urine kambing dengan melakukan filterisasi dan fermentasi. Namun karena urine yang terlalu lama terkumpul dan proses yang cukup lama, maka ia beralih untuk mengolah kotoran kambing.

Akhirnya begitu ia pensiun menjadi prajurit TNI-AD ia mulai serius lagi untuk mencari pundi-pundi penghasilan dengan mengolah kotoran kambing yang ada di kandangnya.

“Awalnya saya banyak belajar dari teman-teman hingga akhirnya saya coba sendiri dengan membuat penampungan kotoran kambing untuk fermentasi di halaman rumah,” terangnya.

Hardiono menjelaskan dalam menghasilkan pupuk organik terbaik berbagai macam proses yang harus dilalui mulai dari mengumpulkan kotoran kambing, melakukan fermentasi di dalam penampungan selama 20 hari, penguapan selama 3 hari, penyortiran kotoran dari sampah dan tanah, serta penggilingan.

“Panjang prosesnya untuk menghasilkan pupuk organik yang terbaik, namun itu kita lakukan agar hasil tanaman petani juga bagus,” ungkapnya.

Dalam memenuhi produksinya, ia juga membeli kotoran kambing dari para peternak seharga Rp5 ribu per karung. Hal itu dilakukan untuk memenuhi pesanan dari para petani, terlebih usahanya tersebut sudah merambat ke luar daerah.

“Dari pada dibuang jadi kita beli aja dari para peternak,” tuturnya.

Dalam satu bulan Hardiono mampu memproduksi pupuk organik kotoran kambing hingga 98 karung per penampungan, saat ini ia juga sudah memiliki 2 penampungan yang membuat produksinya bertambah dua kali lipat dalam sebulan.

Harga yang ditawarkan sendiri untuk pupuk organiknya yakni senilai Rp40 ribu per karung. Bahkan ia mengaku jika pupuk organik lebih baik dari pupuk kimia, serta penggunaannya lebih irit karena mampu bertahan selama 3 kali panen dalam satu pemupukan.

“Jika menggunakan pupuk organik hanya membutuhkan sekali pemupukan dan dapat bertahan hingga 3 kali musim tanam. Hal ini juga dapat mengirit biaya pemupukan bagi para petani,” terangnya.

Tak tanggung-tanggung dalam menjamin kualitas produknya, ia juga melakukan 3 kali tas laboratorium di Universitas Mataram untuk menguji hasil pengolahan pupuknya. Sehingga dari 3 kali tes tersebut ia mendapatkan hasil yang terbaik dan ia pajang di karung-karung produksinya.li

Facebook Comments Box

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.