LOBAR,DS-Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat belakangan ini sedang gencar-gencarnya memajukan industri pariwisata dengan memberikan label wisata halal. Namun, ada hal lain yang dilontarkan Bupati Lombok Timur, HM. Ali Bin Dachlan yang dalam visinya selalu mengedepankan pembangunan yang tidak boleh keluar dari ketentuan agama Islam.
Karena itulah, sejak menjadi Kepala Daerah di Lombok Timur pada periode awal, penanggalan pada surat resmi pemerintahan menggunakan penanggalan hijriyah dan selalu diawali dengan tulisan bismillahirrohmanirrahim.
Komitmen kuat Ali BD dalam menegakkan syari’at Islam agar selalu dipedomani masyarakat Lombok Timur dan NTB yang mayoritas muslim seakan tak pernah surut. Begitupun halnya dalam menyikapi pembangunan di sektor pariwisata yang bagi beberapa daerah lain terus digenjot dengan instan.
Bagi Ali BD, pembangunan sektor pariwisata di Lombok Timur tak dipaksakannya secara frontal, namun dibiarkan mengalir mengikuti kesiapan masyarakat. Sebab, kesiapan mental masyarakat mutlak diperlukan dalam mengelola industri pariwisata tersebut. Agar nilai-nilai keislaman tak terkikis dari budaya masyarakat Lombok Timur.
Pada saat menghadiri acara peringatan Nuzulul Qur’an di Masjid Nurul Iman Senggigi, Lombok Barat, Jum’at (9/6), Ali BD merasa bangga dengan masyarakat di tempat tersebut yang masih kuat menjaga nilai-nilai keislamannya di tengah terpaan gelombang industri pariwisata yang digalakkan pemerintah di wilayah tersebut.
Perubahan besar dengan digerakkannya industri pariwisata akan sangat berpengaruh pada budaya dan nilai-nilai keislaman warga. Dan Lombok yang dikenal dengan sebutan Pulau Seribu Masjid tak boleh larut dalam derasnya arus industri yang mengancam hilangnya nilai-nilai keislaman. Budaya dan nilai-nilai keislaman harus tetap dipertahankan.
Karena sangat memperhatikan budaya dan nilai-nilai keislaman yang sejak dulu telah mengakar kuat di masyarakat Lombok. Bupati Ali BD berharap agar setiap industri yang dibangun secara instan, baik itu industri pariwisata maupun lainnya, harus memperhatikan dampak kerusakan budaya yang akan ditimbulkannya. Karena baginya, semua bentuk industri tidak boleh mengganggu maupun mengikis budaya dan nilai-nilai keislaman yang ada di tengah masyarakat.KRISMA AG
