Kuota Pembelian Ditambah, Gubernur Surati Perusahaan Rokok di NTB
MATARAM, DS – Kekhawatiran Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) NTB terkait berkurangnya kuota pembelian tembakau virginia oleh perusahaan rokok yang beroperasi di wilayah setempat pada musim tanam tembakau tahun 2019 akhirnya terbukti. Salah satu perusahaan besar di Indonesia, PT Philip Morris Indonesia (PMID) yang telah mengakuisisi HM Sampoerna, justru telah mengurangi pembelian mereka dari awalnya 10 ribu ton, kini hanya menjadi 3 ribu ton.
Padahal, PMID menguasai lahan pertanian mencapai 15 ribu hektare di Pulau Lombok. “Jujur, saya sedih mendengar kabar pengurangan produksi pembelian tembakau Virginia milik petani dari perusahaan besar yang memiliki gudang paling banyak di Pulau Lombok ini,” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB, H. Husnul Fauzi menjawab wartawan, Selasa (17/9).
Menurut Husnul, dari total sebanyak 21 perusahaan yang beroperasi di NTB sejatinya terdapat 12-14 perusahaan yang tiap tahunnya konsisten melakukan pembelian tembakau virginia milik petani.
Ia menyatakan kebijakan pengurangan pembelian tembakau virginia saat musim panen kali ini juga akan segera ditelusuri mengingat kwalitas tembakau milik petani tahun ini jauh lebih baik bila dibandingkan musim panen pada tahun lalu.
“Kami sudah melaporkan temuan di lapangan ke pak Gubernur. Atas arahan pak Gubernur, kami akan bersurat ke perusahaan tembakau, termasuk ke managemen PT PMID agar kuota pembeliannya tidak dikurangi, malah bisa ditambahkan,” kata Husnul.
Ia menjelaskan, animo masyarakat untuk menanam tembakau virginia Lombok tahun ini jauh meningkat bila dibandingkan tahun sebelumnya. Akibatnya, saat ini telah terjadi over produksi yang diperkirakan terjadi hingga periode Januari-Februari 2020. Oleh karena itu, kewajiban pemda NTB perlu hadir untuk menfasilitasi produksi tembakau petani agar bisa terserap oleh perusahaan besar tersebut.
“Dengan adanya surat dari pak Gubernur yang Insya Allah, besok akan kita kirimkan akan bisa membuat perusahaan berfikir ulang untuk meninjau kebijakannya terkait pengurangan pembelian itu,” tegas Husnul.
Terpisah, Ketua APTI NTB, Sahminuddin, mengatakan, pada musim tanam tembakau tahun 2019, permintaan dari perusahaan rokok diperkirakan akan berkurang hingga 12,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya. “Hal itu berdasarkan informasi pengurangan kuota pembelian yang dilakukan oleh perusahaan,” ungkapnya yang dikonfirmasi, kemarin.
Sahminuddin merinci informasi yang diperoleh bahwa beberapa perusahaan mitra petani tembakau virginia yang akan melakukan pembelian adalah PT Djarum sebanyak 5.000 ton atau berkurang dibandingkan tahun 2018 sebanyak 6.000 ton.
Selain itu, PT Bentoel akan melakukan pembelian hanya 8.000 ton, sedangkan pada tahun 2018 membeli sebanyak sebanyak 13.000 ton. Selanjutnya, PT Sadhana akan membeli tembakau virginia hanya 1.000 ton. Sementara beberapa perusahaan lainnya belum diketahui apa akan melakukan pembelian atau tidak.
Menurut dia, pada musim tanam tembakau virginia tahun 2019 akan terjadi kelebihan produksi antara 8.000 hingga 9.000 ton. Jika diasumsikan harga rata-rata tembakau virginia Rp42.500 per kilogram, maka total kerugian para petani diperkirakan mencapai ratusan miliar akibat hasil produksinya yang tidak terserap pasar. “Melihat penawaran lebih besar dari permintaan, maka boleh jadi harga tembakau virginia tahun ini lebih rendah dibandingkan tahun lalu,” ujarnya.
Sahminuddin berharap pemerintah daerah harus segera mengantisipasi dampak yang muncul pada musim tanam tembakau tahun 2019.
Bila tidak, menurut dia, sejarah kelam petani tembakau pada tahun 2000 dan 2001 akan terulang kembali, di mana para petani melakukan aksi unjuk rasa karena hasil produksinya tidak laku terjual.
“Petani tahunya tanam saja, tapi tidak tahu seperti apa kondisi pasar saat ini. Di sinilah pemerintah daerah harus berperan, jangan sampai petani mengalami kerugian yang relatif besar,” tandasnya. RUL.
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.