Kini AYAM KUB Bersaing dengan Broiler
SELONG,DS-Ayam KUB ini bukanlah jenis unggas impor, namun pertumbuhannya mirip dengan ayam broiler (potong/pedaging) jenis unggas impor. KUB merupakan singkatan dari Kampung Unggul Badan sehingga dikenal sebagai Ayam KUB.
Ayam kampung ini gesit, lincah dan tak gampang stress. Ciri khas sebagai ayam tersebut merupakan hasil teknologi pemulabiakan yang menjadikan ayam kampung unggul badan. Tumbuh dalam waktu yang relatif cepat sebagimana beternak ayam broiler.
Jika beternak ayam kampung biasa harus menuggu lebih dari 6 bulan baru mendapatkan ayam remaja dengan tubuh yang lumayan besar. Namun, beternak ayam KUB ini, dalam waktu 45 hari saja (sebagaimana ayam broiler) sudah bisa dipotong dengan tekstur otot, daging, aroma dan rasa yang tak berubah. Harga ayam KUB dari Rp. 30.000 – Rp. 50.000 /ekor pada umur 3 bulan.
“Bibit Ayam KUB ini saya dapatkan di BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) Mataram 5 tahun yang lalu, dengan harga Rp 30.000/ekor umur 2 bulan. Jadi, waktu itu saya beli seharga Rp 3.000.000/100 ekor (jantan dan betina dengan rasio 1 ekor pejantan : 5 ekor betina),” cerita Ir.Sunarno Sabirhan, salah seorang peternal,Ahad (14/5/17) lalu, di kediamannya, Dusun Cepak Desa Aikmel Kecamatan Aikmel Lombok Timur (Lotim)
Dapat Daging dan Telur
Narno, panggilan kesehariannya, menjelaskan, saat ini jumlah ayam miliknya sebanyak 400 ekor (betina). Telur ayam KUB ini bisa ditetaskan hingga 80 dari 100 butir telur KUB. Bila telur untuk ditetas sudah cukup jumlahnya, maka telur yang lainnya dijual dengan harga Rp 50.000/tray (30 butir/tray).
Diakuinya, kalau pun telur mendatangkan rupiah, tidaklah menjadi target utama, namun cukup membantu sebagai menu keseharian, membuat kue, membantu keluarga dan kebutuhan lainnya yang bersifat social.
Ia sendiri memiliki mesin penetas telur sebanyak 5 unit. Ke 5 unit mesin tersebut masing-masing dengan kapasitas 150 butir sebanyak 1 unit, 200 butir sebanyak 3 unit dan 100 butir sebanyak 1 unit. Kata dia, dalam setiap 1 bulan dia mendapatkan anak ayam hasil mesin tetas sejumlah 400 ekor, sehingga dalam kurun waktu 6 bulan bisa memperoleh ayam 2400 ekor.
Narno mengkalkulasi, jika dalam kurun waktu 3 bulan tersebut dia bisa menjual ayam sejumlah sebanyak 2000 ekor, maka akan memperoleh omzet dari hasil penjualan ayam sebanyak Rp 55. 000.000 (setelah dipotong harga pakan dan upah karyawan 1 orang).
“Itu bila kita mengambil dengan harga Rp 30.000/ekor yang berarti jual hidup. Tentu saja bisa lebih dari itu bila kita juga memakai teknik lain seperti diolah menjadi ayam panggang, sebagai menu khas rumah makan atau warung soto dan bakso,” urai alumni Fakultas Pertanian Universitas Mataram ini menganalisis.
Kedepanada rencana untuk itu. Karena di depan rumahnya (perempatan Aikmel) ada rumah makan, warung soto dan bakso yang bisa memanfaatkan ayam KUB ini. Bahkan di antara mereka merupakan keluarga dekat dan saudara.
“Ini kan sudah lewat Nisfu Sya’ban dekat bulan Ramadhan, pasti banyak yang mencari. Di luar ada ayam KUB umur 2 bulan, sangat pas sekali untuk dipotong,” imbuhnya, sembari memberi makan ayam berumur 2 minggu di kandang.
Narno berencana mengembangkan usaha ayam KUB dengan memperluas areal kandang. Saat ini, dia hanya memanfaatkan pekarangan di belakang rumahnya seluas kuang-lebih 3 are. “Dengan demikian kita akan mendapat manfaat yang lebih besar. Selain dari finansial, membuka lapangan kerja dan mudah-mudahan kita bisa beramal dari kelebihan rizki yang kita dapatkan nanti,” cetusnya, sembari menambahkan bahwa, apa yang dilakukan sebagai wujud partisipasi dalam akselarasi pembangunan di Gumi Selaparang Lombok Timur. KUSMIARDI