BSK Samawa

Kisah Korban Gempa Lombok Melihat Warga Terjepit hingga Merangkak dalam Reruntuhan

0
Sejumlah korban luka akibat gempa berkekuatan 6,4 SR terpaksa dirawat di luar Puskesmas Sembalun, lantaran bangunan Puskesmas rusak parah akibat diterpa kerasnya goncangan gempa pada pagi hari

 

SELONG,DS-Pagi masih gelap. Jarum jam menunjukkan pukul 06.47 WITA. Lantunan ayat suci Alquran sayup-sayup terdengar dari kejauhan. Di sebuah kamar rumah di Sembalun Lawang, Lombok Timur, Ahmad (27), seseorang masih terlelap. Tiba-tiba suara gemuruh menggetarkan dinding dan lantai kamar. Segala yang ada berjatuhan, berantakan. Lindur alias bumi berguncang hebat. “Bruuukkk!” Dalam hitungan detik, salah satu kamar yang berada di sudut itu ambruk.

Fahrul Mustofa – Lotim

Dalam suasana gelap dan pengap, Ahmad merasakan, penghuni kamar itu merasakan tubuhnya terjerembab di antara puing-puing bangunan.

“Ketika hari sudah pagi dan mulai terang, saya melihat ada cahaya dari luar. Lalu saya merayap sambil mencari sumber cahaya dan berusaha ke luar sembari minta tolong dari warga yang ada di luar,” ujarnya saat ditemui wartawan di tenda pengungsian Sembalun, Minggu  (29/7).

Warga Kota Mataram ini adalah satu di antara banyak korban yang selamat dalam peristiwa gempa bermagnitudo 6,4 SR yang mengguncang Pulau Lombok dan Sumbawa. Menurut Ahmad, ia ke Sembalun lantaran ada acara keluarga. Selain itu, tercatat para warga korban gempa mengungsi sementara di sejumlah tempat pengungsian yang didirikan oleh personil Taruna Siaga Bencana (Tagana).

Gempa yang terjadi sekitar pukul 05.47 WIB tersebut terletak pada koordinat 8,4 LS dan 116,5 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 47 km arah timur laut Kota Mataram, Provinsi NTB pada kedalaman 24 KM, hingga masih dirasakan adanya gempa susulannya hingga ke wilayah Kota Mataram dan Lombok Barat pada sekitar pukul 10.30 WITA

Akibatnya, seluruh warga yang menetap di Kecamatan Sembalun dan Sambelia enggan berani kembali ke rumahnya. Mereka memanfaatkan tenda-tenda pengungsian sebagai tempat tinggal

Tak dimungkiri, sebagian besar korban tewas karena tertimpa bangunan. Namun, sebagian korban lainnya selamat setelah berjuang keluar dari puing-puing yang menghimpit tubuhnya.

Ahmad adalah sebagian dari para korban yang bernasib lebih baik. Pria satu anak ini selamat dari reruntuhan kamar yang ambruk setelah diguncang gempa. Namun, perjuangannya ke luar dari reruntuhan adalah sebuah keajaiban. Hanya cahaya ponsel yang meneranginya selama empat jam terperangkap dalam puing bangunan sejak pukul 07.00 WITA sampai pukul 09.00 WITA.

Saat tim evakuasi dan sejumlah warga lainnya mulai berdatangan, Ahmad menyadari detik-detik saat bangunan kamar roboh. Ia menangis dan berteriak minta tolong.

“Alhamdulillah, saya selamat dan berhasil menyelamatkan handphone dan beberapa pakaian,” katanya dengan nada terbata-bata saat ditemui.

Ahmad berhasil ke luar dari reruntuhan, namun ia dievakuasi oleh sejumlah warga, termasuk kerabatnya yang langsung menandunya keluar. Ia lebih memilih istirahat di tenda pengungsian yang didirikan oleh Tagana.

Baru sekitar pukul 14.00 WITA, ia mendapat pertolongan medis, karena kaki kiri dan bahunya luka lecet. Tak hanya Ahmad, korban selamat setelah terjebak dalam puing bangunan juga dirasakan Nurdin (35), warga Sembalun Lawang lainnya.

Lelaki ini mengalami patah tulang belakang karena tertimpa beton rumah saat menyelamatkan istri dan ibuknya. Ia bahkan sempat melihat tetangganya, yakni Ahmadi  (8) yang terhimpit reruntuhan.

Aparat TNI/Polri bersama tim BPPD dan Basarnas mencari korban yang tertimbun bangunan milik warga yang roboh akibat bencana gempa di Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Minggu (29/7).

Tercatat, puluhan rumah rusak dan sebanyak 40 orang luka, baik luka berat dan ringan.

“Tak berdaya saya bangun dan saya selamatkan istri, ibu dan anak saya, tapi secepat itu saya yang terkena reruntuhan. Hingga saya mendapat kabar jika tetangga yang juga kerabat saya (Ahmadi) juga tergolek lemas dengan wajahnya berdarah,” kisah Nurdin dengan linangan air mata.

Saat ditemui di tenda pengungsian, Nurdin terlihat masih lemah dengan tangan diinfus. Ia tengah menunggu dirontgen dan operasi yang akan dilakukan di RSUD Selong, Lombok Timur. (**)

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan