Kebanyakan Pekerja Migran Tak Tahu Perusahaan yang Mengirimnya ke Rantauan

KLU, DS-Sulitnya perekonomian masyarakat pedesaan membuat penduduk ramai-ramai mencari pekerjaan ke luar negeri sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI). Namun, acap kali PMI tidak mengetahui nama perusahaan yang memberangkatkannya.

Keawaman masyarakat desa yang enggan atau tidak tahu prosedur pemberangkatan ke luar negeri inilah yang menjadi celah pihak lain untuk mengelola situasi tersebut dengan berbagai cara. Sehingga, sering dijumpai PMI yang terkatung-katung dan melalui jalur tikus.

Hal itu mengemuka dalam diskusi tematik PMI yang difasilitasi Perkumpulan Panca Karsa (PPK), di Dusun Leong Barat, Desa Tegal Maja, Kecamatan Tanjung, KLU, Kamis(11/5). Hadir calon dan mantan PMI, kadus serta kader desa.

Salah seorang calon PMI yang sudah mendaftarkan diri berangkat sejak empat hari lalu ketika ditanya perusahaan tempatnya mendaftar, dalam diskusi itu justru tidak mengetahui perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI) yang akan memberangkatkannya ke Arab Saudi.

Dia mengaku semula hanya berhubungan dengan seseorang untuk mendaftar diri dengan menyerahkan KTP dan KK. Setelah ditelusuri lewat aplikasi resmi negara, diketahui bahwa calon PMI itu mendaftar di perusahaan yang sudah kena black list.

Diskusi tematik itu sendiri selain sebagai ajang sosialisasi agar PMI menggunakan jalur yang prosedural, juga untuk menekan terjadinya perdagangan manusia.

Menurut Kadus Leong Barat, Hapid Hanafi, jumlah PMI dari dusunnya antara 40-45 warga yang sebagian besar di antaranya berangkat secara nonprosedural.

“Tahun ini tergolong tinggi yang menjadi PMI, ” ujarnya.

Sementara ini cara bekerja secara nonprosedural yang dilakukan dengan memanfaatkan paspor pelancong dengan kawan atau keluarga di perantauan yang menginformasikan adanya pekerjaan. Namun, pihaknya tidak memiliki daya untuk menghambat mereka karena warga pun sangat kuat tekadnya untuk bekerja.

“Kehadiran PPK bisa memberi ilmu bagi masyarakat agar hal itu tidak terjadi dan memberi dampak negatif, ” cetus Hapid.

Ketua PPK, Aprilina, mengatakan semua PMI adalah sahabat. Karena itu, program yang dilakukan dengan masuk ke dusun-dusun basis PMI bukan bermaksud menghalangi namun untuk bersosialisasI agar calon PMI menempuh prosedur yang benar.

Aprilina mengatakan bekerja ke luar negeri ada manfaat dan ada resikonya. Disisi lain ada yang berangkat resmi dan tak resmi.
“Migrasi aman jika semua yang bekerja ke luar negeri melalui prosedur benar melalui mekanisme penempatan. Jangan lewat jalan gelap, ” urainya.

Syarat ke luar negeri diantaranya sehat jasmani dan rohani, terdaftar dan memiliki BPJS ketenaga kerjaan. Selain itu memiliki paspor, surat izin suami/istri, ada perjanjian kerja, dan sertifikat kompetensi.

“Di NTB ada ratusan yang memberangkatkan PMI namun tidak semua PT yang punya job pemberangkatan kerja. Hal itu bisa ditanyakan ke Disnaker agar mengetahui mana perusahaan yang mendapatkan job, ” terangnya. Ian

Facebook Comments Box

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.