Jovan Prayuda: Anak-anak Baru Tahu Nikah Anak Itu Tak Boleh
Anak-anak jadi korban pernikahan tidak sebatas disebabkan sempitnya pandangan masa depan melainkan juga karena ketidaktahuan bahwa menikah diusia anak tidak diperbolehkan. Forum Anak Desa Tegal Maja, KLU, membaca fenomena itu dan terjun menyosialisasikan dampak negatif perkawinan anak dengan contoh-contohnya.
Ketua Forum Anak Desa Tegal Maja, Jovan Prayuda, tidak perlu mencari contoh di di daerah lain untuk mencari tahu dampak buruk perkawinan anak. Sebab di sekitarnya terdapat contoh nyata bahwa kemiskinan akan menjerat keluarga jika perkawinan anak terjadi.
“Ada kasus anak kelas tiga SMP melakukan perkawinan anak. Mereka tak tahu dampak negatif dan tak pikir masa depannya,” ujarnya. Mereka akhirnya menjadi keluarga yang tidak mandiri dan bergantung kembali kepada orangtuanya yang hidup miskin. Kemiskinan pun menjadi-jadi. Pun ancaman anak-anak yang mengalami kecacatan.
Forum Anak merekam sedikitnya lima kasus di desa itu yang berdampak negatif bagi anak dan anak-anaknya. Perkawinan itu dilakukan karena sempitnya pandangan yang memuka pintu masuk pengaruh dari rekan-rekannya yang melakukan perkawinan anak. Ikut-ikutan dengan trend yang salah itu tidak hanya berpengaruh bagi dirinya sendiri dan anak-anaknya melainkan juga bagi daerah.
Karena itulah Forum Anak Desa Tegal Maja kemudian turun ke setiap dusun melakukan sosialisasi dengan tujuan agar anak-anak tahu dampak negatif perkawinan anak. Sebanyak tiga dusun masing-masing Dusun Penasan, Tuban dan Leong menjadi sasaran.
Setidaknya 15 anggota Forum Anak anak ikut sosialisasi. Sebanyak 60 an anak di tiga desa itu terlibat diskusi dan bermain. Ternyata, mereka tidak mengetahui bahwa perkawinan anak itu tidak diperbolehkan oleh negara. Sementara ini kasus-kasus yang muncul disebabkan pengaruh pihak lain dan dorongan orangtua.
“Reaksi anak-anak baik karena mereka baru tahu nikah anak itu tak boleh,” ungkap Jovan.
Bermain dan Berdiskusi
Tidak mudah mengajak anak-anak berkumpul dalam satu forum untuk terlibat diskusi yang kadang disebut sebagai ranah orang dewasa. Penyebabnya selain kesibukan anak-anak di sekolah, juga ada kecenderungan mereka malas. Namun, diantara anak-anak itu terdapat yang ingin menambah pengetahuan sehingga mereka pun turut serta di dalamnya dengan memanfaatkan waktu luang.
Jovan memahami jika melakukan diskusi saja akan membuat jenuh peserta sasarannya, sehingga sosialisasi diselingi dengan bermain yang membuat suasana menjadi riang.
Dalam diskusi mereka mengajukan sebuah pertanyaan paling penting menyangkut dampak-dampak perkawinan anak dengan contoh-contoh kasus di sekitarnya. Berdasarkan pertanyaan itu, peserta pun merenung kemudian menjawab sesuai dengan apa yang mereka amati.
“Jadi diskusi dilakukan dengan contoh kehidupan nyata agar mereka tahu nikah anak dilarang,” kata Jovan. Mengemukalah berbagai persoalan keluarga anak seperti keturunan yang mengalami kecacatan fisik, amburadulnya ekonomi keluarga, dan lain-lain.
Pengaruh Forum Anak
Pengaruh Forum Anak Desa Tegal Maja dalam sosialisasinya itu nampak dari perkembangan jumlah peserta. Di satu dusun semula hanya diikuti 15 peserta, kemudian meningkat menjadi 20 peserta dan naik lagi menjadi 30 peserta. Selain itu, jumlah anak yang ingin menjadi anggota Forum Anak pun meningkat disebabkan keinginan untuk menambah wawasan. Terdapat pula komitmen kuat di antara mereka untuk selalu kompak dan jalan bersama mencapai tujuan program.
“Anak yang terkena sosialisasi merasa bahagia karena diajak juga bermain dan diskusi. Kami menggunakan kertas agar mereka menuliskan dampak negatif perkawinan anak. Hal ini menambah wawasannya untuk berfikir,” jelas Jovan.
Selain metode diskusi dan bermain, Forum Anak kemudian bersosialisasi dalam bentuk poster dengan pesan pencegahan perkawinan anak di obyek wisata.
“Kita sebagai anak jangan memiliki anak, anak tidak boleh punya anak, Kita sebagai anak harus memiliki masa depan cerah, Sedangkan dampak perkawinan anak menimbulkan kondisi tidak sehat dan merusak masa depan bangsa,” urainya terkait pesan sosialisasi dalam bentuk poster tersebut.
Poster yang ditempel di obyek wisata menggunakan kertas HVS yang dilaminating dan menghiasi taman wisata air terjun di sana.
Yakin Kasus Berkurang
Menurut Jovan, pihaknya tidak serta merta mengajak rekan sebayanya menjadi anggota forum anak. Karena itu, dilakukan seleksi yang cukup ketat. Sebutlah ketika kepengurusan pertama dibentuk, anak-anak yang terlibat mencapai 40 orang. Sayangnya, mereka yang aktif hanya 25 orang sehingga yang tidak aktif terpaksa dikeluarkan. Namun demikian, terdapat 15 anak-anak yang menunggu jadi anggota dan tengah dalam masa pengkaderan.
“Saya yakin dampak positif dari kegiatan ini karena banyak yang bergabung. Mereka yang mau masuk ditanya dan dijawab mau menambah wawasan, membangun rasa percaya diri dan keinginan untuk memotivasi orang lain,” ujar Jovan.
Menurut Jovan, cita-cita besar anak Tegal Maja adalah tak melakukan hal negatif yang mengancam masa depannya. “Sebagai generasi penerus bangsa selalu berfikir positif dan belajar,” katanya
Sebagai ketua forum yang diamanahi posisi itu selama dua tahun, Jovan mengaku menikmatinya dengan alasan bisa memotivasi teman temannya dan mengajak pada kegiatan positif.
“Saya bangga teman teman mau mengikuti apa yang saya katakan,” ujarnya seraya menyontohkan ketika diajak bersosialisasi terbangun kekompakan turun bersama-sama. ian
Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.