Migran CARE : Kasus Sri Rabitah Upaya Pembuka Ketegasan Pemerintah

0
Endang Susilowati (kiri) saat memapah TKW KLU, Sri Rabitah menuju ruang pemeriksaan di RSUP NTB

MATARAM DS- Kasus dugaan pencurian ginjal Sri Rabitah (24), TKW asal KLU saat bekerja di Qatar yang kini heboh di publik, dipastikan bukan yang pertama kali. Dalam catatan salah satu lembaga pegiat buruh migran. Yakni, Migrant CARE, setidaknya ada tiga kasus lain yang telah menimpa TKI asal Indonesia diantaranya, terjadi pada tahun 1993, 2012, dan 2016 lalu.

Analis kebijakan Migrant CARE, Wahyu Susilo mengatakan,model pencurian organ terhadap tenaga kerja asing, berdasarkan beberapa lembaga HAM internasional, sering terjadi di kawasan Asia Timur, terutama Cina. Sayangnya, hingga kini, sejumlah kasusyang terjadi itu justru belum bisa diambil kesimpulan apapun oleh pihak pemerintah. “Kita berharap, kasus dugaan pencurian organ dan kini menimpa Sri Rabitah dapat menjadi titik balik bagi pemerintah Indonesia untuk mengusut lebih jauh kejahatan serupa yang menimpa TKI selama ini,” tegasnya menjawab wartawan di Mataram, Jumat (10/3).

Wahyu mengaku, kendati sudah banyak para pekerja Indonesia yang diduga diperjual belikan organ tubuhnya. Namun pihaknya belum berani menyimpulkan jika kasus tersebut merupakan bagian dari kejahatan sindikat.

“Sekarang inilah saatnya, pemeirntah kita harus benar-benar berani, mumpung saksinya (Sri Rabitah) masih hidup, jadi bisa mengungkapkan ini tanpa tekanan,” ujarnya.

Dalam catatan Migrant CARE, menurut Wahyu Susilo, setidaknya ada tiga kasus lain pada 1993, 2012, dan 2016 lalu. Yakni, pada 1993, TKI yang menjadi korban kasus pencurian organ adalah Ati Wardiyati. Dalam kasus yang terjadi di Singapura itu, Ati Wardiyati dikirim ke Indonesia dalam keadaan sudah meninggal dunia. Dan ternyata jasadnya sudah tidak utuh: sebagian organ tubuhnya sudah diganti dengan tas plastik, kata Wahyu.

Sementara, di tahun 2012, di Malaysia terjadi tiga kasus penembakan TKI asal Lombok yang berujung kematian. Dan saat diotopsi, ketiga jasad juga sudah kehilangan organ tubuhnya.
Herman, Abdul Kadir Jaelani, dan Mad Noon, dinyatakan tewas akibat tembakan aparat Malaysia yang menganggap mereka bermaksud menyerang aparat. Jasad ketiganya, kata Wahyu, dikirim dengan jahitan di dada, perut, serta mata.

Selanjutnya, pada tahun 2016 lalu, jasad Dolfina Abuk, seorang TKI asal Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) pulang penuh dengan jahitan. Namun dalam tiga kasus ini, penyelidikan dari pemerintah tak pernah tuntas, menurut Wahyu lagi.

“Pantauan kami, belum ada ada upaya konkrit membongkar kasus tentang pencurian organ tubuh ini secara tuntas. Kasus Sri Rabithah ini harus dijadikan momentum untuk menyelidiki lebih jauh. Karena korbannya masih hidup,” jelas Wahyu.

Berdasarkan pengalamannya pada 2012, keluarga korban ditekan untuk lebih baik berdamai. Namun upaya Sri untuk menyampaikan kasusnya ke publik, dinilai Wahyu, “memberi ruang untuk membongkarnya, “Bagaimanapun juga ini butuh keterlibatan mereka yang mengerti persis kasus ini, seperti ahli forensik atau ahli bedah dalam,” tandas Wahyu Susilo.

Diketahu, Sri Rabitah sendiri sudah mengadukan kemungkinan pencurian ginjal kanannya pada Bupati KLU beberapa hari lalu. Sri dioperasi pada hari ketiganya bekerja. Dari awalnya disebut sebagai hanya pemeriksaan medis, Sri dibawa ke ruamg operasi dan dibius. Dia terbangun dengan rasa sakit dan jahitan di pinggang kanannya.
Kondisi kesehatan Sri terus turun dan dia kembali ke Indonesia. Saat melakukan cek kesehatan pada sepekan lalu, Sri mendapati bahwa dia hanya memiliki satu ginjal saja. Dan saat ini, Sri tengah dirujuk ke RSU Sanglah di Provinsi Bali untuk memperoleh perawatan intensif. fahrul

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan