BSK Samawa

Catatan Press Trip Jurnalis Parlemen-Biro Humas ke Pemkot Bandung Sebelum Buang Sampah, Warga Sukaluyu Bandung “Wajib” Pilah Sampah

0
Ketua RW 09 Iwan Poernawan saat memberikan penjelasan terkait efektifitas program KBS yang telah berhasil menjadi gerakan semua warganya agar mulai memilah sampah terlebih dahulu

Kawasan RW 09 Kelurahan Sukaluyu, Kecamatan Cibeunying Kaler merupakan salah satu Kawasan Bebas Sampah (KBS) di Kota Bandung. Di kawasan ini, sampah rumah tangga bisa jadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga lewat energi biodegester dan pupuk kompos. Termasuk berbagai manfaat lainnya yang diperoleh dari pengelolaan sampah.

FAHRUL MUSTOFA

Pendamping KBS Dinas LH Kota Bandung, Muhamad Riyanto, mengatakan, program KBS awalnya dirintis sejak era pemerintahan Walikota Ridwan Kamil sekitar empat tahun lalu. Kini, program itu dilanjutkan oleh penerusnya. Yakni, Kang Odet yang saat pemerintahan sebelumnya menjabat sebagai Wakil Walikota Kota Bandung.

“Diera Kang Odet program KBS dimodifikasi menjadi gerakan kurangi dan pisahkan sampahnya atau yang dikenal ‘KangPisMan’,” ujar Riyanto saat menerima rombongan pres trip jurnalis parlemen, Biro Humas Pemprov NTB, Jumat (26/4) sore.

Dalam model pengembangan KBS di Kota Bandung terdapat 12 model yang dikembangkan. Namun demikian, fokus yang dijadikan sasarannya masyarakat setingkat RW yang diubah paradigma berfikirnya.

“Memang berat awalnya, tapi setelah kita lakukan terus menerus dengan mengajak masyarakat, Alhamdulillah ada hasilnya seperti saat ini. Salah satunya pada RQ 09 Keluruhan Sukaluyu ini,” kata Riyanto.

Sementara itu, Ketua RW 09 Iwan Poernawan, mengakui saat ini sebanyak 175 rumah sudah diharuskan memilah sampah mulai tahun ini. “Jadi keseharian warga memilah sampah dapur mulai dari yang keras dan lunak. Yang lunak seperti sisa nasi, sayur dan sampah keras masuk lubang komposter,” ujar Iwan
Iwan mengungkapkan, warga bisa menghasilkan 70 kilogram sampah organik per hari. Terdapat tiga petugas yang bertugas mengambil sampah-sampah dari rumah.

Selanjutnya, para petugas mengambil ember berisi sampah dari rumah untuk disimpan ke dalam biodigester maupun drum komposter. Khusus untuk biodigester, hasilnya dapat dirasakan langsung dengan biogas yang dipakai untuk memasak.

Iwan yang sebelumnya hanya pengurus RT mengatakan, program KBS awalnya hanya dilakukan segelintir pengurus. Lambat laun mereka mulai merangkul warga untuk memilah sampah.

KBS di Kelurahan Sukaluyu juga melibatkan peran komunitas, yaitu Yayasan Pengembang Biosience dan Bioteknologi (YPBB) dan bermitra dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung.

Lewat program KBS, Iwan berharap nilai kepatuhan warga untuk memilah sampah tambah meningkat di masa yang akan datang. “Untuk tahun ini skala kepatuhan baru mencapai 51 persen karena regulasinya sendiri belum ada. Untuk itu harapannya ada peraturan daerah yang bisa langsung diterapkan ke aparat kewilayahan agar masyarakat dalam memilah sampah ini semakin meluas,”ucapnya.

Iwan mengungkapkan, biodigester dan drum komposter yang disebar di beberapa titik tidak mengundang bau dan rasa jijik. Seperti misalnya, bedeng bambu dan drum komposter yang diletakkan di taman lansia. Sampah dedaunan bisa langsung diolah. Namun warga yang memanfaatkan fasilitas publik tetap senantiasa beraktivitas tanpa harus khawatir dengan bau sampah.

“Alasan memilih area publik karena bisa dijadikan tempat edukasi bahwa tempat pengelolaan sampah tidak menjijikan,” tegasnya

GPS
Gerakan pungut sampah (GPS) merupakan program untuk mengubah kultur masyarakat untuk lebih mencintai Kota Bandung. “Perubahan kultur dari yang biasanya cuek, biasanya buang sampah sembarangan, kultur yang biasa pasif menjadi aktif untuk mencintai kebersihan,” kata Kasi Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial Kelurahan Sukaluyu, Aan A Sumadi terpisah, kemarin

Ia menyatakan, GPS adalah salah satu upaya untuk Kota Bandung agar bisa membiasakan diri untuk menjaga kebersihan di lingkungannya dengan cara menyediakan waktu 10 hingga 30 menit untuk memungut sampah di lingkungan sekitar.

“Jaraknya 100 hingga 300 meter mudah-mudahan ini jadi cara baru untuk masyarakat Kota Bandung agar mencintai kotanya. Program ini sangat sederhana, dan kita di ASN pemkot Bandung diwajibkan oleh Pak Walikota memulai gerakan GPS ini,” ucap Sumadi.

Menurut dia, gerakan ini telah diterapkan tiga hari dalam satu minggu, yaitu setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat. Oleh karena itu, anak-anak dan remaja yang mengikuti kegiatan ini bisa mengubah aksi memungut sampah di lingkungan sekitar menjadi sebuah budaya rutin.

“Memang kuncinya mulai dari pemimpinnya hingga warganya harus mulai melakukan hal yang sama (pungut sampah). Kita sudah komitmen hari ini, Senin, Rabu, dan Jumat kita luangkan waktu 10 sampai 30 menit untuk memungut sampah di lingkungan terdekat kita. Makanya, kenapa saya berpakain jeans karena saya dan ASN lainnya baru selesai memungut sampah di areal kantor kita masing-masing,” jelas Sumadi.

Adanya gerakan GPS ini, telah mulai mengurangi persoalan sampah di Kota Bandung pada taraf yang mulai bisa dikendalikan. “Dan Pak Walikota langsung mengecek para ASN terkait efektifitas program ini,” tandas Aan A Sumadi. (***).

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan