Beri “Trauma Healing” Anak Ditengah Pandemi, SAPANA Ajak Keliling Gratis Puluhan Anak Yatim Berwisata

FOTO. Inikah puluhan anak-anak yatim dua yayasan swasta di Mataram, peserta jalan-jalan wisata yang di inisiasi Sapana saat berkunjung ke slaah satu distinasi di Loteng. (FOTO. RUL/DS).

MATARAM, DS – Sudah lebih dari dua setengah tahun, anak-anak harus belajar di rumah saat sekolah diliburkan. Pandemi Covid-19 juga membatasi ruang gerak masyarakat, terutama anak-anak yang hingga kini tak lagi bisa bebas bermain di luar rumah.

Di usia balita dan anak-anak, bermain menjadi salah satu proses menjaga mental dan psikis untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas. Mencermati hal itu, Sahabat Pariwisata Nusantara (SAPANA) bergerak bersama sejumlah organisasi dan donatur diantaranya, AELI, SATIVA’86, Dunia Transport, Patuh Art Shop, LGD, Manna Kuwe, G.A Manik W (Alm), Anugrah Lombok Holiday, Eka Dana Consultan, Safari Dharma Raya, Go Trans, Bidari Hotel dan HPI, mengajak keliling sebanyak 40 anak yatim dari dua yayasaan swasta di Kota Mataram secara gratis ke sejumlah distinasi pariwisata di Lombok Tengah dan Kota Mataram pada Minggu (3/10) lalu.

Dua yayasan anak yatim itu. Yakni, Dharma Laksana (umat Hindu) dan Awwalul Hidayah (umat Islam). Menariknya, dari puluhan anak yatim itu, justru mayoritas dari mereka belum pernah sekalipun berpergian ke sejumlah distinasi di NTB. Salah satunya, di Pantai Kuta, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Lombok Tengah.

Ketua Umum Sahabat Pariwisata Nusantara (SAPANA), Furqon Ermansyah alias Rudi Lombok, mengatakan, tujuan pihaknya menghelat kegiatan jalan-jalan ke obyek wisata di Mataram dan Lombok Tengah itu, sebagai bentuk trauma healing dan dukungan psikis di tengah pandemi Covid-19. Khususnya, untuk mengatasi kebosanan anak yatim selama di rumah.

“Sekolah selama ini juga belajar di rumah, main di luar juga dibatasi. Maka, kami menginisiasi mengelar kegiatan jalan-jalan wisata ke sejumlah obyek wisata dia dua kabupaten di Pulau Lombok untuk membantu mengurangi kejenuhan anak-anak yatim,” kata Rudi Lombok pada wartawan, Rabu (6/10).

Menurut dia, pihaknya merasa terpanggil untuk bisa menghibur anak-anak yatim usia sekolah dasar dan menengah di Kota Mataram. Hal ini diharapkan untuk bisa menghindari rasa minder mereka dalam pergaulan.

Harapannya, spirit dalam belajar bisa tumbuh kembali pascakegiatan ini. Terlebih, anak-anak itu bisa berinteraksi dengan kawan sebayanya yang berbeda agamanya.

“Yang kita agak miris, malah dari 40 orang peserta jalan-jalan itu, justru mayoritas dari mereka baru pertama kali mengunjungi kawasan Pantai Kuta. Ini sangat menyedihkan, padahal di lokasi itu akan menjadi tuan rumah event akbar dunia, yakni MotoGP Mandalika tahun depan,” ujar Rudi Lombok.

Selain ke kawasan Pantai Kuta. Ia mendaku, sejumlah rute lainnya juga diperkenalkan pada puluhan anak yatim tersebut. Di mana, di sejumlah distinasi itu diselangi dengan sejumlah permainan dan game yang membuat riang gembira para anak yatim tersebut.

Distinasi itu, yakni di kawasan Desa Leneng, Lombok Tengah. Di mana, anak-anak dikenalkan dengan melihat langsung rumah oksigen. Selain itu, mereka belajar menanam pohon di lokasi tersebut.

Tak hanya itu, produk UMKM yang dihasilkan oleh masyarakat setempat juga diperkenalkan pada anak-anak. “Rangkaian acara yang kita lakukan adalah untuk menumbuhkan rasa percaya diri mereka untuk mencintai produk daerah dan menumbuhkan kesadaran untuk menyanyangi alam sekitar dengan gerakan menanam pohon,” ujar Rudi Lombok.

Sedangkan, untuk kunjungan ke desa tradisional Suku Sasak di Sade, Lombok Tengah. Hal ini dimaksudkan agar anak-anak mengenal budaya mereka sendiri.

Terlebih, lanjut dia, di Sade juga puluhan anak-anak diajak bermain peresean atau perisean adalah pertarungan antara dua lelaki yang bersenjatakan tongkat rotan (penjalin) dan berperisai kulit kerbau yang tebal dan keras (perisai disebut ende).

“Dengan anak-anak ini mengenal tradisi masyarakat asli Pulau Lombok, maka mereka semakin mencintai suku budaya aselinya. Harapannya, pengaruh budaya asing yang kian masif bisa kita lokalisir dengan mencintai suku budaya aseli masyarakat,” tegas Rudi Lombok.

Ia menambahkan, kunjungan terakhir dari wisata gratis anak-anak tersebut, di akhiri dengan bertemu dengan Wali Kota Mataram H. Mohan Roliskana di pendopo wali kota setempat.

“Harapan kita, dengan mereka mengenal pejabat daerah, maka tertanam sifat anak-anak untuk tahu para tokoh dan pejabat lokal di daerahnya. Dengan begitu, kepala derah juga tahu, bahwa ada puluhan anak-anak yatim yang juga adalah rakyatnya yang harus juga diperhatikan kedepannya,” tandas Rudi Lombok.

Terpisah, salah satu guide yang mendampingi wisata gratis puluhan anak-anak panti, Nurul Aini atau yang dikenal dengan Yuyun Bokah, menilai kegiatan ini adalah upaya pihaknya untuk mengenalkan bahwasanya pelaku pariwisata tidak hanya berfikir bisnis. Namun ada nilai sosial yang dikedepankan.

Padahal, dalam situasi sulit dengan minimnya kunjungan wisata ke NTB akibat pandemi Covid-19. Namun, masih ada kepedulian terhadap sesamanya.

“Kami bersyukur atas ide dari Sapana yang menggagas kegiatan mulia dan pertama kali ini.
Kegiatan ini sangat bagus. Kalau boleh jujur, saya sedih, dan bahagia serta enggak bisa berkata apa-apa. Karena ketika saya nanya pada mereka, ternyata banyak yang bilang belum pernah diajak jalan-jalan selama ini. Apalagi, sampai melihat keindahan pantai di Mandalika, Lombok Tengah,” ujar Yuyun.

Karyawan Kayangan Tours and Travel itu,berharap, kegiatan berwisata pada anak yatim ini bisa disinergikan dengan Pemda setempat, baik Pemprov dan pemda kabupaten/kota di NTB.

Hal ini agar anak-anak ini dapat juga melihat keindahan daerah lainnya di luar NTB.

“Intinya, kami sebagai pelaku wisata siap membantu program yang bersifat edukasi dan membuka cakrawala berfikir anak-anak NTB. Apalagi, program ini berbeda jalan dengan kegiatan pihak BPPD yang mengajak berwisata pelaku wisata. Namun dikenakan biaya,” tandas Yuyun Bokah. RUL.

Facebook Comments Box

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.