Berawal Dari Hobi, Pemuda Ini Raup Cuan Jutaan Rupiah dari Tanaman Hidroponik

Rendy Satriawan

Lombok Timur,DS – Berawal dari hobi, Rendy Satriawan Jayadi (29), pemuda asal Rumbuk, Kecamatan Sakra, Lombok Timur, berhasil mengembangkan tanaman selada dengan sistem hidroponik dengan omzet jutaan rupiah.

Rendy mulai tertarik dengan tanaman hidroponik sejak tahun tahun 2015 silam waktu kuliah. Namun baru pada tahun 2021 menekuninya dengan mencari informasi di internet.

“Waktu itu saya masih kuliah, karena saya hobi bercocok tanam akhirnya saya coba-coba dulu membuat hidroponik di halaman kontrakan dengan menggunakan seteropom. Belajar melalui Facebook dan Google karena waktu itu belum ada di channel YouTube,” tuturnya,Rabu (18/05).

Berbekal pengetahuan yang didapat dari internet itu , dia mencoba bercocok tanam tanam selada di halaman rumahnya dengan bermodalkan delapan paralon.

Setelah berhasil, ia kemudian mulai mengembangkan tanaman hidroponiknya dengan menyewa lahan seluas 4 are dengan modal 40 sampai 45 juta.

“Dari 8 meja dengan 2400 lubang tanaman, hasil sekarang 1 sampai 1,5 juta per minggu, setiap panen.Sekarang udah balik modal ya,” ujarnya.

Pasarnya tanaman jenis selada ini, kata Rendy sangat baik. Permintaannya tinggi. Sayur selasa yang ditanam tak hanya dipasarkan di Pulau Lombok tapi merambah ke Pulau Sumbawa.

“Kalau ke hotel saya biasa kirim ke Gili Trawangan, kute Mandalika dan beberapa hotel di Mataram, Alhamdulillah sudah bisa balik modal,” ungkapnya.

“Permintaan sudah banyak bahkan belum bisa memenuhi permintaan pasar karena belum bisa panen dengan sekala besar. Insyaallah dalam waktu dekat yang delapan mejanya akan saya aktifkan lagi, supaya bisa panen lebih banyak lagi,”lanjutnya.

Adapun harga jual selada ini dijual dengan harga Rp 30 sampai Rp35 ribu perkilogram. Sementara untuk perbijinya dijual dengan harga Rp5 ribu. Akan tetapi biasanya pera pembeli lebih memilih membeli per kilogram.

Selain untung, Rendy mengakui memiliki kendala yang dialami pada awal terjun ke usaha ini terutama terkait pemasaran, karena tanaman selada ini masih kurang dikenal, sehingga untuk pemasaran ia merasa sedikit kesulitan.

Kendala lainnya adalah ketika selada biasa sudah panen raya akan membuat harga selada hidroponik menjadi anjlok. Karena banyaknya setok selada di pasaran.

“Itu lebihnya kita menggunakan sistem hidroponik, kita bisa mengatur rotasi penanaman, sehingga kita bisa memprediksi kapan waktu harga akan murah dan mahal,” katanya.lr

Facebook Comments Box

Comments are closed, but trackbacks and pingbacks are open.