Sebanyak  1.226 Pendaki Berhasil Dievakuasi Direktur KSDE-LHK Salut Kinerja Evakuasi Tim Gabungan 

0
Dirjen KSDE Kementrian LHK Sudiyono (dua kanan) saat mengecek korban yang tengah dirawat pascaevakusi terhadap pendaki Gunung Rinjani yang kejebak

 

LOTIM, DS – Direktur Jenderal Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Wiratno, menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam proses evakuasi pendaki yang terjebak di Gunung Rinjani.

Dia menyampaikan, prosesi penyelamatan pendaki di bawah kendali Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Sudiyono terdiridari 23 personel Balai TNGR, 8 personel Ditjen Konservasi Sumberdaya Alam dan Eksostem, KLHK, 8 dari Balai Konservasi Sumberdaya Alam NTB, 49 personel Basarnas, 40 Kopassus, 20 personel Korem 162 dan Koramil Sembalun, 19 personel Brimob Polda NTB, Sabhara, dam Dalmas Lotim, enam personel dari tim Mediseedelweis Medical Health Center, dan 18 personel Grahapala Universitas Mataram.

“Pada Selasa (31/7) pukul 19.50 Wita, seluruh pendaki dan tim evaluasi sudah keluar dari kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR),” ujar Wiratno menjawab wartawan, Rabu (1/8).

Data pada Rabu (1/8), total seluruh pendaki yang telah dievakuasi sebanyak 1.226 orang terdiri atas 696 warga negara asing (WNA) dan 530 warga negara Indonesia (WNI). Wiratno merinci, Thailand merupakan negara asal pendaki WNA terbanyak dengan 358 pendaki atau 54,88 persen, disusul 68 pendaki Perancis atau 9,77 persen, 43 pendaki Belanda atau 6,17 persen, 25 pendaki Jerman atau 3,59 persen, dan 21 Swiss atau 3,01 persen.

Wiratno menyampaikan, satu pendaki asal Makassar, Mochaman Ainul Taksim (26), meninggal akibat longsoran di KM 10 jalur pendakian Sembalun. Jenazah korban diserahkan KLHK ke pihak keluarga pada 02.00 Wita. KSDAE menutup kegiatan pendakian sejak Ahad (28/7) sampai waktu yang belum ditentukan.

“Akan segera dilakukan pengkajian dan penelitian terhadap keamanan jalur pendakian, jalur pendakian alternatif evakuasi, prediksi pola kegempaan, letusan dan dampak pendakian,” jelas Wiratno.

Dia menyebutkan, penelitian ini melibatkan tim pakar dan praktisi secara terpadu. Selain itu pengelola TNGR berencana melakukan perbaikan manajemen pendakian ke depan dengan pemberlakuan sistem (booking online) kepada pengunjung, jasa usaha, dan pelaku wisata; penetapan kuota pengunjung per hari; manajemen sampah melalui pack in pack out menuju zero waste sampah pendaki; operasional kembali CCTV untuk optimalisasi monitoring kendali; dan pemberlakuan tagging pendaki dengan ssitem radio frequency identification (RFID) untuk dapat memonitor pergerakan pendaki.

“Langkah-langkah dalam menangani dan antusipasi apabila terjadi bencana pendakian ialah merancang jalur evakuasi dan sistem evakuasi, penguatan koordinasi dengan pemangku kebijakan terkait kebencanaan, dan diklat SAR bagi petugas dan pelaku wisata seperti guide, porter, dan trek organizer,” ungkap Wiratno.  “Tim tanggap bencana di TNGR tetap bersiaga hingga 6 Agustus mendatang,” tambahnya. RUL.

Facebook Comments Box

Tinggalkan Balasan